Nama : Alif Hafizh
NIM : 1502184193
Max Horkheimer (lahir di Stuttgart, 14 Februari 1895 – meninggal di Nuremberg, 7
Juli 1973 pada umur 78 tahun) adalah seorang filsuf Jerman, yang menjadi salah satu filsuf
generasi pertama dari Mazhab Frankfurt. Ia lahir pada tahun 1895 dan
meninggal pada tahun 1973. Horkheimer merupakan keturunan Yahudi dan pengaruh tradisi Yahudi terlihat
dalam pandangan Horkheimer tentang Allah.
Riwayat
Hidup
Max
Horkheimer adalah anak dari Moriz Hokheimer yang berkebangsaan Yahudi. Ia dididik dengan ketat dan otoriter
supaya dapat meneruskan usaha perusahaan tenun ayahnya. Dalam persahabatan dengan Friedrich Pollock, ia berkenalan dengan dunia seni. Pada waktu kemudian, Horkheimer
menginggalkan perusahaan tenun ayahnya karena ia dilarang menikahi Rose
Christine Rieckher, sekretaris ayahnya, yang berusia sembilan tahun lebih tua. Setelah itu, ia berkenalan dengan filsafat dan belajar bahasa Prancis lewat buku yang berjudul Aphorisme
on The Wisdom of Life. Buku inilah yang akan memengaruhi
pemikirannya yang pesimistis terhadap rasionalisme yang mengajarkan kehendak buta
manusia yang mengakibatkan tragedi manusia itu sendiri.
Tahun 1923
Horkheimer lulus dengan disertasi tentang Immanuel Kant. Tiga tahun kemudian ia dikukuhkan
sebagai guru besar di Universitas Frankfurt dan semakin mendalami filsafat Kant dan Hegel. Ia juga akhirnya menikahi Rose
Christine Rieckher. Setelah Perang Dunia I, perubahan peta politik membuat suksesnya Revolusi Bolshevik di Rusia, sehingga banyak cendikiawan Jerman
yang beraliran kiri bergabung dengan Sekolah Frankfurt yang beraliran Marxisme. Dari sinilah Horkheimer berupaya
untuk menyatakan kritiknya terhadap rakyat yang dicekam oleh kemajuan dalam
kebebasan individunya.
Bulan
Januari 1931, Horkheimer diangkat sebagai direktur baru Sekolah Frankfurt. Inilah zaman keemasan Sekolah
Frankfurt, tetapi pada tahun 1933 yang beranggotakan kebanyakan orang-orang
Yahudi bermigrasi ke Amerika karena tekanan Nazisme. Sekolah Frankfurt berpindah ke
Amerika dan berafiliasi dengan Universitas Columbia. Pengalamannya di Amerika makin membuat keprihatinan besar
Horkheimer terhadap masyarakat kapitalisme, sehingga pada tahun 1940 para ahli
dari Frankfurt sangat pesimis, sebab individu makin terbelenggu oleh sistem. Pemikirannya menjadi pesimis sebab
pembebasan tidak mungkin dijalankan dalam masyarakat modern, dia pun menjadi
sangat spekulatif dan refleksif, dia memilih agar filsafat diam karena
ketidakmampuannya mendorong perubahan.
Pada tahun
1950 dia kembali ke Jerman dan menjadi inspirasi bagi gerakan mahasiswa radikal
dalam SDS (sizialisticher Deustscher Studentenbund), tetapi dia sendiri tidak
setuju dengan gerakan itu karena memakai kekerasan dalam melakukan aksi demonstrasi. Kemudian Horkheimer justru ditolak
oleh para mahasiswa, bahkan dimusuhi hingga mengalami
trauma. Pada akhirnya dia menjadi seorang
yang religius, sebab menurutnya kebenaran tidak
mungkin ada tanpa adanya Allah. Hal ini memengaruhi warna dari
Sekolah Frankfurt juga, yang tadinya optimis menjadi pesimis terhadap perubahan masyarakat. Dia meninggal pada 7 Juli 1973.[
Pemikiran
Dimulai dari
tahun 1931 ketika Horkheimer menjabat sebagai
Direktur Sekolah Frankfurt menggantikan Carl Grunberg, dia berpidato tentang filsafat sosial sebagai "interpretasi filosofis
tentang nasib manusia sejauh manusia bukan dipandang sebagai individu, tetap
sebagai anggota [masyarakat]]. Jadi, objek filsafat sosial sekarang
adalah semua kelembagaan yang bersifat material dan spiritual dari kemanusiaan
secara menyeluruh", bukan filsafat yang memaksa nilai filosofis manusia
dalam pengangguran, keterasingan dan penindasan yang dilakukan oleh kelas
penguasa. Dia memakai pandangan Karl Marx dalam anggapan bahwa kejiwaan manusia, kepribadian juga hukum, kesenian, filsafat sebagai semata-mata cermin dari bidang ekonomi, dan bukan
dengan vulgar memakai sumbangan Hegel tentang kendali Roh, tetapi pada dialektika antara realitas material dan mental. Dalam pikiran yang bergerak di
bidang ideologi inilah, ideologi dipandang sangat
berperan dalam ikut mengacaukan kenyataan sosial. Dua hal yang menjadi perhatian teori
kemasayarakatan Horkheimer adalah bidang sosiolgi politik dan kebudayaan.
Ini adalah salah satu kutipan karya Horkheimer dalam buku Eclipse of Reason pada tahun 1933 ketika dia di Amerika dalam puncaknya menentang kapitalisme.
“
|
Individu individu
sejati zaman ini adalah martir-martir yang tenggelam dalam
neraka-neraka penderitaan dan keburukan dalam perlawanan mereka terhadap
perbudakan dan penindasan. Mereka bukanlah kepribadian-kepribadian yang
mendongak, kaum terkemuka seperti lazimnya. Pahlawan-pahlawan tak dikenal itu secara
sadar menyatakan eksistensinya sebagai individu-individu terhadap
pembinasaan secara teror. Lain dengan mereka-mereka yang
secara tidak sadar menanggung pembinasaan itu lewat proses sosial. Martir-martir tak bernama dari
kamp-kamp konsentrasi adalah simbol-simbol dari kemanusiaan yang
mencoba untuk lahir. Filsafat bertugas untuk menterjemahkan apa yang mereka
kerjakan ke dalam bahasa yang dapat didengar, meski suara mereka dibungkam
oleh tirani.
|
”
|
Munculnya Sekolah Frankfurt berbarengan dengan
suburnya kapitalisme monopolis di Eropa. Sekolah Frankfurt, termasuk
Horkheimer memandang kapitalisme monopolis sebagai suatu tahap kapitalisme di
mana usaha-usaha raksasa menguasai pasar, mengatur dan menentukan harga,
sementara perusahaan-perusahaan kecil dengan serta mereta digulungnya. Hal ini cenderung menghapuskan pasar
dan dinamika persaingan bebas.
Dialektika
Pencerahan
Karya yang
terkenal dari Horkheimer adalah buku berjudul Dialektika Pencerahan yang
ditulis bersama dengan Adorno pada tahun 1944. Isi buku tersebut adalah kritik
terhadap modernitas, yang dipandang oleh Adorno dan
Horkheimer, sebagai sejarah dominasi atau penguasaan. Pemikiran ini mirip dengan kritik Marx. Perbedaannya adalah Adorno dan
Horkheimer tidak menjelaskan sejarah penguasaan dari hubungan produksi, melainkan dari dorongan psikologis manusia, yakni kehendak untuk berkuasa. Paham kehendak berkuasa tersebut
diambil alih dari Nietzsche. Karena itu, Adorno dan Horkheimer
mengkritik kesadaran yang ada pada masyarakat itu sendiri, yakni kesadaran modern dengan rasio sebagai alat utama dominasi. Selanjutnya, mereka juga
menyimpulkan bahwa Pencerahan yang dipandang sebagai kemajuan dari
cara pandang mitologis, sebenarnya telah menjadi mitos itu sendiri. Kemudian mitos itu juga menghasilkan
penindasan dan penguasaan manusia yang satu terhadap yang lainnya. Contoh kongkret dari penindasan itu
adalah munculnya ideologi fasisme Jerman serta kemajuan teknologi yang memanupulasi manusia.
Dalam Dialectics of Enlightenment (1972), Horkheimer dan Adorno seolah memakai teori sebelumnya (Marx dll) namun juga mengkritiknya. Jika Marx hanya pada kapitalisme, maka Horkheimer dan Adorno memiliki lebih banyak aspek yang dipikirkan; politik, alam, kamausiaan dsb.
Horkheimer
dan Adorno mengkritik 'dominasi' yang biasa dilakukan olehj filsafat barat,
bahkan karena terlalu mementingkan kemajuan dan rasionalisasi, maka alam begitu
saja menjadi objek untuk dikuasai. Walau pun demikian, Horkheimer dan
Adorno tetap mengakui bahwa manusia membutuhkan makanan, pertanian dan industri bagi teknologi, tetapi semua itu
haruslah dikendalikan agar tidak menjadikan martabat manusia mengalami
kemunduran.
Namun yang
terjadi adalah identitas manusia justru direndahkan karena keinginan para
penguasa, pada pemilik industri, manusia menjadi alat bagi kemajuan teknologi. Dalam hal ini, selain kemajuan
teknologi, kakuasaan manusia juga sudah mengalami kealpaan untuk menghargai
martabat manusia lain. Hal ini terjadi dalam peristiwa
pembantaian yang dilakukan oleh Nazi di bawah kekuasaan Hitler yang membantai manusia layaknya
objek saja.
Teori
Kritis sebagai sumbangan Emansipatoris
Aufklarung
atau pencerahan sumbangan Kant dalam diri manusia dimanfaatkan
sebagai optimisme oleh Horkheimer. Manusia yang berakal budi dapat
mengeluarkan dirinya sendiri dari keterpurukan akibat pihak di luar dirinya. Di sini, akal budi dianggap sebagai
bekal untuk mengentaskan manusia yang menurut Horkheimer irasional, padahal
manusia haruslah rasional. Lalu Horkheimer memulai teori
kritisnya dengan pertanyaan-pertanyaan; "dapatkan teori rasional tentang
diri manusia dalam lingkungannya?", "bagaimanakah teori ini
menjadi emansipatoris?", "manakah teori yang mampu mengembalikan
manusia menjadi rasional kembali?", "di mana martabat dan kepenuhan individu dapat
terpenuhi?" dsb. Dari pertanyaan-pertanyaan inilah,
dia berteori berbagai bidang sosial dalam usaha menyadarkan manusia agar tidak
terjerat proses kapitalisme yang sedang memonopoli kemanusiaannya.
Kritik-kritik
yang dipakai Horkheimer adalah kritik [tradisional]] di mana terdapat tiga hal
yang harus dilakukan; 1. dia harus curiga dan kritis terhadap masyarakat, 2. ia
harus berpikir historis, 3. ia harus tidak memisahkan teori dan praksis. Namun pada akhirnya terori ini gagal
menurutnya. Kegagalan itu terletak pada
ketidakmampuan memberikan pengertian rasional tentang manusia dalam alam lingkungannya. Namun sebaliknya, justru membiarkan
individu terbelenggu dalam masyarakat irasional. Dari kegagalan inilah, maka teori
kritis haruslah menjadi [[emansipatoris]
Komentar
Posting Komentar